Rabu, 30 April 2014

Usus Halus, Penyaring Sari Makanan


Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan yang memanjang dari lambung sampai katup ileo-kolika, yaitu tempat bersambungnya usus halus dengan usus besar. Sebagaimana diungkap hadits, bahwasannya usus halus mengambil tiga bagian dari tujuh bagian usus yang terdapat pada manusia.
Imam Adz Dzahabi menguraikan bahwasannya bagian pertama dari usus halus dinamakan al-Itsna ‘asyr (usus dua belas jari) atau biasa disebut duodenum, kemudian bagian kedua disebut usus shaim (usus puasa) atau biasa disebut jejunum. Bagian terakhir disebut usus yang panjang melingkar halus yang disebut al-lafayifi atau ileum (usus penyerapan).
Adapun penciptaan usus halus yang
berbentuk sedemikian rupa bukanlah tanpa makna. Ibnu Sina berkata, “sesungguhnya Allah karena perhatiannya kepada manusia menciptakan usus yang banyak jumlahnya dan berbelit-belit agar makanan dapat turun dari lambung, sedangkan perut pangkal segala penyakit.”
Sesungguhnya fungsi usus adalah sebagai alat pencerna dan menyerap hasil pencernaan makanan berbentuk cair yang berasal dari lambung. Sementara itu sistem pencernaan dibagi ke dalam empat tahapan besar, yaitu saluran pencernaan bagian atas dengan jalur dari mulut hingga kerongkongan.
Lalu saluran pencernaan bagian tengah terdiri atas lambung dan usus dua belas jari. Saluran pencernaan bagian di bawah usus dua belas jari, terdiri dari usus kecil yang melingkupi usus puasa dan usus penyerapan. Bagian terakhir adalah bagian yang tergabung pada usus besar hingga anus.
Pada tahap awal makanan dikunyah dan dicampur dengan air liur untuk mencairkan materinya menjadi lebih berair dengan pelumasan dan menjadi setengah cair. Oleh karenanya pencernaan di bagian ini bersifat plegmatik (balgham) atau dingin dan lembab. Pelumasan makanan diperlukan karena semua reaksi pencernaan berikutnya harus terjadi dalam media cair.
Setelah dicacah oleh gigi dan dilumasi air liur kemudian makanan akan ditelan melalui kerongkongan dengan mudah. Setelah melewati kerongkongan makanan akan menuju lambung.
Dalam lambung pencernaan bersifat kolerik (panas dan kering), karena di dalamnya terdapat satu bagian dari empedu kuning yang disebut al-mirrah ash-shafra, yaitu berwujud asam lambung. Sebagian besar pemecahan nutrisi menjadi sari makanan yang lebih halus terjadi di lambung. Di lambung juga berbagai makhluk yang membahayakan seperti bakteri parasit dan sebagainya dimusnahkan.
Makanan yang telah dilumatkan kemudian akan mengalir sebanyak 70 sentimeter kubik (cc) melalui lubang pintu keluar yang disebut bhawwab. Ketika sejumlah kecil makanan masuk ke usus dua belas jari, katup pilorik akan tertutup sampai makanan cair tersebut dinetralkan oleh getah usus dua belas jari, getah pankreas dan cairan empedu yang bersifat basa.
Getah pankreas dan cairan empedu berasal dari saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam usus dua belas jari pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula ateri, yaitu sepuluh sentimeter dari katup pilorik.
Dalam usus dua belas jari juga terdapat beberapa kelenjar khas yang dikenal sebagai kelenjar Brunner dimana kelenjar ini menghasilkan cairan kental bersifat alkali (basa) agar lapisan usus dua belas jari terlindungi dari pengaruh isi lambung yang asam. Oleh karenanya keseimbangan antara asam dan basa merupakan kunci untuk fungsi yang sehat dari usus dua belas jari.
Usus dua belas jari rentan terhadap penyakit yang bersifat kolerik (panas dan kering), dikarenakan pengaruh asam lambung serta empedu. Umumnya menyebabkan perlukaan dan jika empedu hitam ikut terlibat, borok cenderung kronis seperti pada kasus demam tifoid kronis. Selain itu perlukaan juga dapat menyebabkan terganggunya saluran empedu, pankreas atau mengakibatkan rasa mual.
Sementara itu isi usus yang cair akan dijalankan oleh serangkaian gerak bergelombang yang memompa dengan cepat. Setiap gerakan lamanya satu detik dan antara satu gerakan ada istirahat beberapa detik. Gerakan berupa segmental dan gerakan pendulum.
Gerakan segmental berperan memisahkan satu bagian makanan di usus dari beberapa bagian lainnya agar bisa dicerna dan diserap. Oleh karenanya terdapat bagian kosong di usus puasa (jejunum). Sementara gerakan pendulum menyebabkan isi usus bercampur dengan empedu yang berasal dari hati dan getah pankreas dari pankreas.
Atas peran berbagai getah pencerna, yaitu ludah, getah lambung, getah pankreas, dan sukus enterikus, maka berbagai bahan makanan dapat disederhanakan hingga akhirnya dapat diserap. Adapun makanan yang telah dicerna dan siap diserap, mencapai akhir usus kecil dalam waktu sekitar empat jam.
Sedangkan penyerapan makanan yang telah dicerna utamanya dilakukan di usus penyerapan (ileum) melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran limfe (getah bening) di vili (jonjot usus), yakni sebelah dalam permukaan usus halus yang bekerja seperti pompa pendorong. Setelah memasuki kapiler darah di vili, sari-sari makanan akan melalaui vena portal ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwasannya di antara lambung dan hati terdapat urat-urat, di dalamnya makanan sampai dari lambung kepadanya, ini adalah makna sabda Nabi ﷺ:
“Lambung adalah kolamnya badan sedangkan urat-urat mengalir kepadanya.”
Setelah melewati hati, sari-sari makanan akan diubah menjadi beberapa jenis darah untuk menutrisi organ tubuh dan lain sebagainya.
Oleh karenanya Imam Adz-Dzahabi berkata, “lalu hati menyedot apa yang paling bagus dalam makanan dengan urat-urat itu lalu dimasak dengan masakan lain sehingga menjadi darah, apabila menjadi darah dikirimkan ke setiap organnya yang dapat mencukupinya dan apa yang dituntut oleh wataknya, dan makanan yang menyusul terdorong ke usus dengan yang paling baiknya dan sisanya terdorong seperti itu juga.”
Di samping itu beliau berkata, “ketahuilah bahwa pencernaan perut besar memiliki sisa (ampas) air seni, empedu hitam (dari limpa) dan empedu kuning, maka Maha Suci Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang Pencipta, Pembuat dan Pembentuk.”
Oleh karenanya ampas hasil pencernaan yang tidak diserap oleh usus halus akan dipilah ke dalam usus besar melalui katup ileosekal. Kemudian ampas makanan tersebut dipengaruhi oleh cairan melankholik (mirrah ash-sauda’) yang bersifat pengkelat, sehingga tinja yang telah mencapai kolon desenden (sebelah kiri) menjadi pejal dikarenakan hilangnya unsur air, karena diserap kembali oleh tubuh dan pengeringan oleh unsur tersebut.
Demikianlah Allah  menciptakan usus halus dengan sedemikian bentuk agar dapat bekerja dengan sangat baik, Maha Besar Allah dengan segala ciptaannya. Merugilah orang-orang yang merusak ususnya dengan memasukkan makanan secara berlebihan. Wallahu A’lam

Disari dari Tabloid Bekam Edisi 15 (Usus Sehat Tifus Lewat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar