Hindiba
adalah tanaman yang unik, karena sifatnya yang dapat berubah karena
pengaruh musim. Sebagaimana diketahui, di masa kejayaan Islam
penyeleksian obat-obatan didasarkan pada sifat alamiahnya, apakah panas,
dingin, lembab atau kering dan disertai dengan tingkat kepanasan atau
dinginnya. Sifat alamiah sangat penting diungkap karena akan menentukan
efek terapi.
Semua literatur lampau
sepakat bahwa sifat alamiah hindiba adalah dingin dan lembab. Menurut
Ibnu Sina hindiba adalah dingin dan lembab di level tertinggi pada
tingkat pertama. Walaupun dikatakan bahwa
hindiba adalah dingin dan lembab pada tingkat pertama, beberapa orang mengatakan hindiba dari jenis tertentu condong kering di tingkat kedua dan beberapa jenisnya dikatakan juga panas.
hindiba adalah dingin dan lembab pada tingkat pertama, beberapa orang mengatakan hindiba dari jenis tertentu condong kering di tingkat kedua dan beberapa jenisnya dikatakan juga panas.
Sementara Ibnu Sina menjelaskan, “Di
musim panas kepahitan hindiba lebih kuat dan karena kepahitan ini sifat
alaminya condong menjadi panas pada tingkatan tertentu.”
Tak jauh berbeda, Abu
Abdillah Al-Maqdisi menyatakan bahwa hindiba dibedakan atas hindiba
darat (uncultivated) dan kebun (cultivated), yang rasa pahitnya akan
semakin kuat pada musim panas, sehingga cenderung agak panas. Sementara
hindiba jenis syami (asal Syam) karakternya dingin pada akhir tingkatan
pertama, lembab pada akhir tingkatan pertama juga.
Adapun jenis hindiba darat
menurut Al Maqdisi bersifat dingin dan lembab pada musim dingin, panas
dan kering pada musim panas, sedang (stabil) pada musim semi dan musim
gugur.
“Hindiba berkhasiat membuka
penyumbatan pada liver, limpa, pembuluh darah dan usus, juga
membersihkan saluran ginjal. Hindiba yang paling bermanfaat bagi liver
adalah jenis paling pahit karena mengandung pengkelat yang tak terlalu
kuat,” Papar Abu Abdullah Al Maqdisi.
Pada beberapa herbal salah
satu sifat lamiahnya akan lebih dominan, atau ketika herbal tersebut
beraksi akan mendekati efek penetralan dengan satu sifatnya, namun
hindiba berbeda.
Hindiba dianggap sebagai obat
gabungan karena sifat alaminya dalam bentuk persenyawaan. Jadi secara
alamiahnya ia memang ditumbuhkan dengan sifat gabungan, panas dan
dingin. Artinya hindiba memiliki kekuatan kontras yang berpengaruh
potensial terhadap unsur-unsur di dalam tubuh, seperti mampu memanaskan
dan mendinginkan.
Komponen aktif bersifat panas
bereaksi dengan cepat. Unsur panas akan menyebar melalui jaringan
dengan efektif. Unsur panas beraksi mendahului unsur dingin dan
membersihkan rintangan di bagian tubuh dan menyiapkan jalan untuk unsur
dingin agar bisa menyebar, selanjutnya unsur dingin masuk dan melakukan
fungsinya.
Ketika obat gabungan
(unsur alamiahnya) digunakan untuk mengobati tumor dengan unsur
dinginnya, unsur aktif yang sifatnya panas diasumsikan berguna untuk
membuka bagian-bagian dengan melarutkan unsur abnormal. Sementara sifat
dingin diharapkan membantu panas bawaan melawan “panas asing” dan oleh
karenanya bisa menurunkan demam.
Unsur panas yang beraksi
sebagai pengangkut dengan sifat alamiahnya akan memecah, menghancurkan
dan mengangkut unsur ganas yang menetap di jaringan. Peranan unsur panas
memberi kesan penyebaran obat menuju sel melalui sirkulasi, dimana
unsur panas mempengaruhi metabolisme sel dan berkontribusi terhadap
permeabilitas sel.
Sifat alamiah manusia akan
menuntun unsur dingin ke berbagai bagian dengan tujuan untuk membuang
unsur abnormal dari dalam tubuh. Misalnya, ketika chamomile digunakan
untuk pengobatan tumor, sifat alamiah manusia menuntun unsur dingin
(unsur aktif) tanaman tersebut ke bagian yang dituju dengan caranya.
Sifat alamiah manusia juga mengarahkan unsur aktif menuju unsur-unsur
abnormal yang telah diproduksi dan terancam tumbuh di dalam sebuah
jaringan.
Unsur aktif menghambat unsur
abnormal, mengumpulkannya, mengembalikannya ke dalam bentuk tak berubah,
menonaktifkan dan mencegah terjadinya penyebaran. Sifat alamiah manusia
juga menuntun sifat terapi unsur aktif di tanaman tersebut menuju pusat
organ, sehingga sifat aktif menguatkan dan memperkuat kekuatan sifat
alamiah manusia dalam menolak serangan. Hasilnya, tubuh tidak akan
terkena bahaya oleh unsur ganas.
Dokter-dokter masa lalu
percaya bahwa obat dengan efek mendinginkan yang diresepkan untuk
mengobati demam hectic (pada penyakit-penyakit kronis), tidak akan dapat
menyebar menuju sirkulasi dan menembus sekat penghalang tubuh. Para
dokter kemudian meneliti penghantar sifat obat yang tak tersampaikan dan
bisa membersihkan bagian-bagian yang disebut obat penuntun.
Obat penuntun akan
mengirimkan obat mendinginkan menuju sirkulasi darah dan jantung, yang
mana para dokter era klasik menyatakan demam diperkirakan berasal dari
bagian tersebut. Maka para dokter tersebut memutuskan untuk memilih obat
dari satu golongan obat panas sebagai pembawa dan pembersih sumbatan.
Saffron adalah salah satu yang paling cocok untuk peran sebagai obat
penuntun.
Para dokter percaya bahwa
jika sifat alamiah manusia cukup kuat, maka kekuatan tubuh akan menjaga
kekuatan sifat aktif saffron dan pengangkutan obat akan dikelola dengan
baik. Saffron akan mengangkut obat dengan sifat dingin menuju daerah
jantung. Ketika obat mencapai tempatnya, sifat alamiah manusia
memisahkan saffron dari obat tersebut dan obat yang bersifat dingin tadi
dengan sendirinya akan menemukan jalannya menuju jantung.
Peran obat penuntun juga disebutkan oleh Imam Adz-dzahabi dalam Thibbun Nabawi.
“Atau karena jauhnya organ tubuh yang sakit dari perut sehingga obat
tidak sampai kepadanya dan kekuatannya melemah, lalu dibuatlah
bersamanya obat yang dapat menyampaikannya secara cepat seperti za’faran
(saffron) bersama kafur atau darshini bersama syahdanij,” ungkap Imam Adz-dzahabi.
Jadi peran hindiba sebagai
obat tumor sama seperti obat racikan antara obat berunsur dingin yang
dibawa menggunakan obat penuntun yaitu bersifat panas seperti saffron,
guna menyampaikan obat menuju sumber terjadinya demam, dikarenakan
hindiba atau andewi memiliki unsur aktif gabungan antara panas dan
dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar